Kalau lagi sakit gigi, pasti deh langsung nyari obat sakit gigi berlubang. Bohong banget itu lagu yang bilang lebih baik sakit gigi daripada sakit hati. Sakit gigi itu sakitnya bikin nggak bisa tidur. Makan susah, tidur gelisah. Nggak enak pokoknya.
Dulu saat SMA saya pernah sakit gigi. Tiba-tiba leher bengkak seperti gondongan. Kepala pusing banget ketika jalan. Saya nyerah, akhirnya konsultasi ke dokter penyakit dalam. Saya masih ingat, dokternya adalah dokter Untung adalah dokter langganan di RSPAD Gatot Subroto. Saat melihat leher saya yang bengkak, dokter Untung memeriksa leher saya. Setelah dilihat tidak ada yang aneh dengan kelenjar yang ada di leher, beliau mulai observasi mulut saya. Beliau hanya meminta saya membuka mulut dan mengarahkan senter ke gigi. “Udah ketemu nih penyebabnya. Besok ke dokter gigi ya. Ada lubang di gigi gede banget. Nanti saya kasih surat rujukan,” jawab beliau dengan santai.
Hari itu adalah hari pertama saya menerima kenyataan bahwa saya punya gigi bolong. Seumur hidup saya nggak pernah punya masalah sama gigi, tiba-tiba harus memiliki masalah sama gigi, berlubang pula! Obat sakit gigi berlubang itu tidak boleh dibeli bebas tanpa resep dokter. Jadi dokter Untung menyarankan saya untuk konsultasi lebih lanjut ke dokter gigi terdekat.
Besoknya saya berkunjung ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut untuk diperiksa lebih lanjut. Ternyata saat diperiksa, saya disarankan untuk rontgen gigi di laboratorium. Dokter menjelaskan bawa saya memiliki gigi berlebih dan posisinya tiduran sehingga perlu diangkat. Gigi geraham ini yang posisinya tiduran ada 2. Saya masih ingat bahwa ternyata saya memiliki gigi berlebih yang banyak sekali. Dokter menyarankan untuk operasi gigi. Posisi gigi yang tiduran ini tidak dapat dipertahankan lagi. Satu-satunya cara adalah giginya diangkat.
“Nanti kita operasi ya giginya,” ucap dokter spesialis bedah mulut saat melihat hasil rontgen gigi saya. Saya memiliki kelebihan gigi sebanyak 11. Sama beliau sih disuruh cabut semua, tapi saya nggak mau. Ya kali kalau semua gigi berlebih ini dicabut, saya ompong dong. Biaya pencabutan satu gigi 13 tahun yang lalu terbilang lumayan mahal. Satu gigi harganya 1 juta. Belum termasuk biaya kamar dan anastesi. Untuk operasi besar pada gigi seperti itu memerlukan bius total dan berbagai dokter spesialis yang saling koordinasi. Sambil menahan sakit gigi ini, saya mengiyakan. Dalam beberapa hari ke depan operasi pembedahan gigi akan segera dilakukan.
Berhubung dana terbatas, pembedahan gigi hanya dilakukan 2 gigi saja. Gigi berlebih pada graham kiri, lalu bulan depannya gigi graham kanan. Saya diwajibkan untuk melakukan puasa makan minum karena akan dibedah gusinya. Jarum suntiknya untuk anastesi lokal gede banget, dan sakit banget saat disuntikan ke bagian dalam mulut.
Malam sebelum operasi saya tidak bisa tidur. Saya gelisah dan resah menanti pembedahan gigi ini. Saya suka sebel sama dokter yang bilang, “Sakitnya kaya digigit semut aja kok”. Bohong banget itu sakitnya kaya digigit semut. Sakitnya kaya ditusuk jarum gede. Dalam hitungan menit, bibir saya menjadi kesemutan dan mulai kebas. Saya tidak bisa mengontrol bibir saya.
Operasi mulai dilakukan. Pisau bedah mulai dikeluarkan. Pengerjaan operasi sekitar 30 menit hingga 1 jam. Pasrah. Itu yang saya lakukan. Setelah selesai bibir masih tidak bisa dikontrol. Efek sakitnya baru berasa 1 jam kemudian ketika efek anastesi menghilang. Rasanya? Ga usah ditanya. Sakitnya ampun-ampun. Pipi saya bengkak seperti bakpau. Makan susah, hanya bisa minum air saja, itu pun lewat sedotan.
Dokter meresepkan obat-obat seperti antibiotik, anti bengkak, dan pereda nyeri. Obat antibiotik ini tidak boleh diminum sembarangan. Antibiotik ini bukan seperti obat warung yang bisa dibeli bebas. Harus dengan resep dokter gigi. Waktu pemulihan hingga luka operasi benar-benar menutup kurang lebih 1-2 bulan.
Demikianlah sharing saya mengenai operasi gigi dan mendapatkan resep untuk obat sakit gigi berlubang. Semoga artikelnya bermanfaat ya!