Siapa yang belum pernah mendengar mengenai polis asuransi? Mungkin masih agak awam dengan kata polis. Bagaimana bila saya menyebutkan istilah asuransi? Pasti banyak orang yang mengernyitkan dahi dan sudah auto sebal bila mendengar istilah asuransi. Tidak apa-apa. Memang mindset orang kebanyakan masih seperti itu. Mereka anti dengan asuransi karena beranggapan bahwa asuransi itu membuang-buang uang. Padahal mereka hanya belum teredukasi bahwa asuransi itu penting untuk melindungi diri mereka sendiri dari resiko finansial yang tidak tahu kapan akan terjadi.
Beberapa waktu yang lalu saya mempunyai seorang teman yang memiliki penyakit kanker stadium lanjut. Perkenalan kami hanya dari lewat sosial media, namun saya sangat bersimpati mengenai kondisi kesehatan beliau. Di dalam status sosial medianya beliau menyayangkan bahwa gaya hidup yang dilakukan dahulu itu salah. Hingga beliau terkena penyakit kritis seperti kanker dan harus menghabiskan seluruh tabungannya untuk pengobatan.
Biaya pengobatan yang sangat besar itu pun harus diambil dari uang tabungan, bukan uang dari asuransi kesehatan. Kebayang kan betapa habis-habisannya uang beliau sehingga harus menggalang dana di salah satu crowd funding untuk biaya pengobatan. Ini hanyalah sebagian kecil kisah, ada seorang teman agen asuransi yang menyesal sekali karena tidak mendorong temannya untuk membeli asuransi kesehatan bagi anaknya. Suatu ketika sang anak divonis menderita penyakit auto imun dan mengalami masa kritis sehingga menelan biaya sangat besar. Dalam kondisi sakit kemungkinan asuransinya diterima sangat kecil. Bahkan bisa ditolak. Ingat asuransi dibeli pada saat kondisi sedang sehat.
Balik lagi ke topik mengenai polis asuransi, kebetulan saya sudah memilikinya dari salah satu perusahaan asuransi. Produk asuransi yang saya pilih mengenai persiapan pensiun. Saya merencanakan supaya di usia pensiun saya nanti, saya bisa memiliki uang yang cukup untuk bekal di masa tua. Ketika saya sudah setuju dengan produk yang dipresentasikan agen maka saya akan mengajukan berkas dan membayar premi awal. Beberapa hari kemudian buku polis asuransi dikirim ke alamat rumah saya berikut dengan penjelasan kontrak resmi antara saya dan perusahaan asuransi tersebut.
Polis asuransi ini harus saya pelajari lebih lanjut. Kebetulan asuransi ini jadi satu dengan asuransi jiwa sehingga bila terjadi resiko meninggal dunia saya bisa memberikan warisan bagi ahli waris yang sudah saya tunjuk. Mumpung umur saya masih muda, saya masih bisa bekerja dan mencari uang. Dana yang saya kumpulkan ini saya kelola untuk pensiun saya di masa yang akan datang. Usia produktif kita untuk bekerja adalah umur 20-60 tahun, itulah sebabnya saya harus mengumpulkan uang dari sekarang dan mengelolanya supaya di usia senja saya nanti saya bisa menikmati apa yang sudah saya kumpulkan.
Apa lagi yang harus kita persiapkan agar keuangan kita bisa menjadi lebih baik? Pastinya selain mempertahankan gaya hidup di masa senja saya nanti, ada beberapa resiko yang harus saya persiapkan. Misalnya saja resiko terkena penyakit kritis, maka saya perlu menyediakan asuransi yang berkaitan dengan asuransi kesehatan atau asuransi penyakit kritis. Seperti kisah di awal yang saya ceritakan, saya tidak ingin kejadian yang dialami oleh teman saya berulang kembali kepada diri saya. Saya harus memiliki perencanaan yang matang untuk mengantisipasi resiko-resiko yang mungkin terjadi.
Selain asuransi, hal yang harus dipersiapkan adalah dana darurat. Saya pernah membaca beberapa buku mengenai perencanaan keuangan dari beberapa praktisi keuangan bahwa prioritas yang harus saya buat adalah membuat dana darurat minimal 3-4 bulan gaji bagi yang single dan 6-12 bulan bagi yang sudah berkeluarga. Banyak yang harus dikerjakan memang, tapi percayalah bahwa Tuhan sudah mempercayakan diri kita untuk mengelola rejeki. Gunakan dengan bijak!