Beberapa waktu yang lalu saya mengikuti kegiatan jalan-jalan dadakan dengan teman-teman dari komunitas Kubbu Backpacker Jakarta. Indahnya kebersamaan pergi bersama teman-teman ini ingin saya abadikan dalam blog. Acara ini diadakan di hari kejepit nasional, pengen jalan-jalan ke luar kota tapi terlalu sedikit waktu liburnya. Akhirnya saya dan teman-teman memutuskan untuk wisata dalam kota Jakarta saja. Tempat yang saya kunjungi ini belum pernah saya kunjungi, rumah ibadah agama lain.
Kunjungan ke Pura Aditya Jaya Rawamangun
Di awal perjalanan kami tujuan rumah ibadah pertama yaitu Pura di daerah Rawamangun Jakarta Timur. Pura ini cukup besar dan mencolok di Jakarta Timur, namanya Pura Aditya Jaya. Kami datang saat hari libur. Banyak penganut agama Hindu yang pergi ke pura untuk berdoa. Sebelum kami memasuki pura, untuk yang wanita diingatkan agar tidak masuk ke pura saat mengalami kondisi datang bulan karena pura merupakan tempat suci. Kami juga harus menggunakan selendang yang sudah disediakan di depan pura.
Kami disambut oleh pedande yang ada di sana. Beliau menyambut kami dengan sangat ramah. Beliau berpesan kepada kami agar menghargai perbedaan yang ada di Indonesia. Negeri ini diciptakan beraneka ragam budaya, agama, dan bahasa sehingga dibutuhkan rasa toleransi yang tinggi untuk tetap menjaga keutuhan NKRI. Beliau sangat terbuka akan kunjungan kami dan memberi dukungan positif mengenai kegiatan ini. Beliau juga berpesan agar kita selalu berbuat baik kepada semua mahluk hidup.
Kunjungan ke Masjid Ramli Musofa
Tujuan kedua kami adalah masjid Ramli Musofa di daerah Sunter. Bila kalian pergi ke arah danau sunter pasti melihat bangunan megah dan eksotik mirip Taj Mahal di India. Masjid ini dibangun oleh seorang mualaf. Arsitektur Masjid Ramlie Musofa ini merupakan perpaduan antara gaya India, Arab dan Asia. Di pintu masuk kami disambut oleh kaligrafi arab surat Al-fatehah. Uniknya kaligrafi ini dalam 3 bahasa yaitu bahasa arab, bahasa Indonesia, dan bahasa mandarin.
Masjid Ramlie Musofa memiliki arsitektur yang memukau. Saya kagum melihat arsitektur luar dan dalamnya. Oh ya masjid ini ramah untuk orang disabilitas. Tersedia lift untuk memudahkan naik ke lantai atas. Banyak sekali wisatawan yang datang untuk berkunjung ke masjid ini. Ini pertama kalinya saya berkeliling ke dalam masjid. Walaupun saya non muslim, masjid Ramlie Musofa terbuka untuk dikunjungi oleh masyarakat beragama lain.
Kunjungan ke Gereja Katolik Katedral
Kunjungan berikutnya saya ke Gereja Katolik Katedral Jakarta Pusat. Berkali-kali saya melewati gereja ini namun selama ini belum pernah masuk ke bagian dalamnya. Saya sendiri beragama kristen protestan. Selama ini baru 1 gereja katolik yang pernah saya datangi, itu pun di Bandung, saat menghadiri pemberkatan nikah kerabat mama. Saya cukup kagum banyak wisatawan lokal dan mancanegara yang datang ke gereja Katedral ini. Di sini saya melihat beberapa orang muslim yang berhijab masuk dan melihat-lihat gereja. Rumah ibadah ini terbuka untuk semua agama. Ketika saya memasuki ruang ibadah utama, suasananya sudah berbeda. Hening. Saya melihat banyak sekali orang kusyuk berdoa. Saya berjalan mengeliling ruangan ibadah ini dan melihat kemegahan serta keindahan interior gereja. Gereja Katedral merupakan salah satu gereja bersejarah karena sudah berusia ratusan tahun.
Di bagian luar ruang ibadah utama ada rumah doa. Letaknya sekitar 10 meter dan banyak kursi dari batu untuk kita duduk dan berdoa. Ada patung bunda maria dan lilin yang dinyalakan ketika jemaat ingin berdoa. Tempat ini sungguh hening dan memang sangat menenangkan.
Demikianlah kunjungan saya ke beberapa rumah ibadah. Dari kunjungan ini saya belajar untuk menghargai dan menghormati setiap perbedaan. Jangan menjadikan agama sebagai alasan untuk memecah belah persatuan bangsa Indonesia.